ada satu senja yang kuingat sejauh kakiku melangkah
senja kelam di laut, laut yang ungu
mengapa pikiranku tak dapat terlepas darinya
nelayan yang berlabuh disana
ia berkeringat, penuh peluh membasahi tubuh
nafasnya memburu disapu ombak laut
ikan-ikan kecil menggantung di jalanya
tak banyak
tak terasa kurasa iba jua
kuhampiri ia, dan ia berkata...
"tak selamanya laut menjadi hitam"
dan nanti akan terang
teman...senja itu senja malam
kukisahkan suatu drama yang pelik dingin berlumut
kepadamu, teman
dengarkanlah
kupacu nadiku secepat kepakan camar yang terbang tinggi
namun tak kunjung jua
kutemukan cakrawala
nelayan tadi menangis, mengapa? kutanya
ombak laut telah menyapu kehidupannya
jauh darinya, teramat tinggi untuk diraih
anak istrinya telah tiada, tertarik laut jahanam
mendulang emas dalam lautan darah
tapi, teman...
ia tidak dendam, tidak pula amarah, tidak pula melumat
ia tegar. sayatan lara meluka darinya tak diindahkan
apa gerangan yang tuhan inginkan
begitu buruk telah tuhan perlakukan aku, tegar dirinya
sementara aku tengah bangganya dengan gelak tawaku
begitu mirisnya bercampur duka lara hikayat ini
sempurnalah deritanya
sore tenggelam di laut
masih adakah air mata untuk kuteteskan
jika makna cinta adalah jangan berduka
ia tenggelam dalam janji-Nya
Yup aku setuju dengan dinda yara, Tuhan bukan tuhan... ;)
Kunjungi karyaku juga ya...thx
Puisi yang bagus
hurup awal di setiap kalimat harus hurup besar,juga penulisan kata 'tuhan' harusnya 'Tuhan'
bagus
:)
no comment
i love it!
penggunaan kata depan di- nya dibenerin.
puisi yg bagus sayang..