“rindu ini, dinda, terus mengalir seperti rericik air.”
aku mendengar desahmu di selingkung malam, mengulum kelam bersama wangi kembang bulan, sembari bertanya-tanya mengapa matahari masih menyala di matamu. ya, bertahun-tahun lamanya duka dengan aroma lada dan pala menggeliat terperangkap di geriap matamu. duh, betapa banyak yang harus diingat ketika malam terjatuh sebagai air mata yang menjelma menjadi samudera
“rindu ini terus mengalir, dinda, seperti rericik air.”
o, betapa rindunya aku pada harum rambutmu, di atas telaga, tempat pertama kita mengail rerupa cinta, cahaya bulan pecah sebagai kaca, mengajak kita pulang dalam dekapan rimbun waktu, seperti kembali mengulang sejarah kelahiran. ya, bertahun-tahun lamanya kita bersetia merendam harapan menunggu waktu dan matahari menggenapinya menjadi kenyataan. duh, betapa banyak yang harus diingat ketika kudapati namamu sepanjang kelok sejarah: sebagai kenangan.
parung, november 2008
air itu mengalir lembut, kawan
hingga membawa kenang itu pantas untuk diindahkan...
selamat....
Mas Khrisna itu menurutku adalah kamus kosakata atau apalah namanya itu, diksi!
sungguh, ini bukan basa-basi: memang puisi ini bernas!
suka sangat......
Kalo sering baca puisi pak Krisna aku bisa jadi romantis nih...hehe
Biarkan airmata mengenangnya...perih tapi indah....kok tau aja.
Salam
kanda selalu bisa menguras emosi dinda....
tak berkutik dinda dengan puisi ini...
huff..
romantis abis kata2nya
salam
mas...lihat forum..ttg rencana kopdar