Kutangkap kerlip bintang di matamu, sayang
Berpendar indah, bening menenggelamkan
Ada senyum di tiap kerjapnya
Polos.., tanpa prasangka
Mendekapmu dalam peluk, rasakan debar jantung berdegub
Hangat nafasmu menyapu wajah, hilangkan lelah
Lembut ku sentuh, dari ujung rambut ke telapak, utuh
Menikmati tiap kata tereja dari bibir indah, luruh
Apa yang kau lihat, sayang?
Berharap bukan pengkhianatan, bukan pula penyelewengan
Bukan itu yang kau inginkan
Cinta,
Cinta tak bersyarat selamanya
Ya, sayang
Cinta ini masih utuh
Untuk kalian
Cinta dari rahim permulaan
Hingga kelak saatnya diam
poin doank...
Tak ada komen sama sekali?
Teganyaaa.. :P
He..he.., tapi makasih deh dah mau mampir..:)
sangat menyentuh..:)
salam..
Terimakasih Lentera,
Ku tulis ini saat melihat anak2ku terlelap pulas dalam mimpinya. Semoga selalu mimpi indah..:)
andai aku bisa mencintai seperti itu....
Pasti bisa, jika tiba saatnya :)
setidaknya, mungkin mencintai kenyataan bahwa aku adalah bayang-bayang yang dengan sengaja engkau buat demi kepentingan.
He..he..., sensitif sekali kamu Dek :)
Mba' inilah Cilang dalam Asta Citari mode.
.
Yah, tapi melelahkan...lebih menyenangkan menjadi cilang.
Akhirnya kau rasa juga :D
namun unuk beberapa pertimbangan Asta harus tetap eksis hingga pertanyaan itu terjawab.
cinta seorang ibu..
aku suka sekali bait terakhir..
mengungkapkan betapa sejatinya cinta seorang ibu itu..
puisimu halus, membuai..
Sudi mampir..
Burung Garuda, Hinggap di Jendela
Shafira, terimakasih hadirnya:)
Cinta, cerita abadi yg tak pernah mati....
Maturnuwun Mbak Dewi :)