"Menanti Titik Sebenarnya"
Kutatap langit, ia masih membiru. Kusaksikan jalanan, ia masih berdebu. Sangat berbeda memang, apa yang kulihat di atas taklah seperti yang kuharap di hadapan mata. Mm, masih seperti biasanya, kehidupan nyata yang membias tanpa aura. Jengah sebenarnya aku terus berada di sini, di kota ini. Tiap pagi, siang, sore, malam, yang kudengar hanya rengekan berpuluh kendaraan roda dua, begitu pula roda empat. Egois. Ya, egois kukira, hingga kuharus berpaling pada rindu. Aku rindu akan keheningan dimana hanya ada aku, ketenangan, dan kicau burung. Kicauan burung pipit berparuh mungil, melebar sayap dikala terbang, ia telah hilang dalam bisu yang mendebu di kota ini. Masih bisakah kutemukan keheningan tingkat tinggi, ketenangan tingkat surgawi? Di manakah tempat seperti itu, adakah di kota ini?
...
(mungkin bersambung)
_dzyemtri
tahun lalu
tanah tak beralas
intro itu bukannya sudah bisa menjelaskan judul?!
apa saya yg kurang nyambung. hehehe (peace)
Wiiihhhhh!!!
hum... penasaran cerita ini jadinya gimana. =)
kuharap cerita ini selesai segera
wow..
kata kiasannya bagus.. :D
makna nya juga berarti.. :D
cuman, sepertinya ini ditaruh dibagian puisi saja..
karena, ini lebih cocok menjadi puisi dibandingkan cerita..
hehe..
nice story, keep writing!!~ :D
ditaruh di cerita saja ahh, ini intronya dan masih berlanjut..
haha..
terserah author aja.. :D
oh begitu toh, ini intro..
bilang dong klo gitu.. :P
oh, semoga ceritanya tambah menarik ya lebih dari intro nya.. :D
hehe..