Lihat, ini rumah mungil kita
yang kaudirikan tiap tiba senja
hanya bilik, tanpa pintu, juga jendela
Piring dan cangkir warna-warni
tertata di nampan mengiringi wajah berseri
ditemani beberapa keping roti mari
Kulihat engkau tertawa kegirangan
mengusap peluh yang masih bercucuran
sepulang menggiring bola di lapangan
Tak pernah kuhitung datangnya purnama yang berlalu
kau masih saja tak henti menatapku
terkenang akan rumah mungil hasil karyamu
Sampai saat ini sering kulihat
ada ucap di matamu yang masih tersirat
yang mungkin dapat kubaca dengan tepat
Karena dalam bola kacamu yang berterus terang
ingin segera kujelmakan rumah sesungguhnya sekarang
hingga aku dapat melihatmu tersenyum senang
Lintas Kenangan
Read previous post:
Read next post:
Be the first person to continue this post
Rumah ...
home sweet home = rumahku surgaku hehe
Jeda postingmu, makin buat kamu berakar.
Yang ini puisi yang kuat.
Saya suka.
bagus...