Tembang Mayang
Dari rambutmu yang terurai
mekarlah kuncup mungilmu
hingga menjadi buah kuning
menggantung hening
di pangkal akar pelepahmu
di musim yang memanggilmu
dengan lambaian janur yang melengkung malu
kau biarkan kuncup-kuncupmu bertemu
lalu kau pun di usung ke punggung
panggung para leluhur
dimana rapalan doa dan kidung
bersuluk melebur
kedalam langgam cinta paling agung
Februari 2011 (Rabi’ul Awal 1432 H)
Nyanyian Camar
Petang bagiku adalah sarang
dimana angananganku riang menerawang
membawa lelah dan risauku pulang
di hening dada karang
kubawa serentetan lagu sendu
lewat paruh dan sayapku
setelah kuterdekap gemerlap pagi
tempat kubaringkan penggalan mimpi
kelak tak perlu kutakut pada sepi
di taman surga Ilahi
Februari 2011 (1432 H)
Hujan Senja
Terperangkap pada silap
matamu yang jingga
lantas kuberkaca
menekuri tubuhku
yang hanya berupa butiran-butiran kecil
namun sanggup menitisi pundakmu
yang semula ungu
kini menjadi biru
serupa kuncup perdu
yang malu
menahan usapan getar
jemariku
lantas di tepian samudra sana
wajahku bersujud
mencium kening laut
hingga dari gerbang dadaku
perlahan membuka
sebuah taman cahaya
yang kau panggil bianglala
Jakarta, 22 Februari 2011 (19 Rabi’ul Awal 1432 H)
Rumah Cinta
Telah kubangun sebuah rumah
di dalam lubuk paling rahasia
untuk nanti kita tempati bersama
dengan naungan atap rindu semata
telah pula kuanyam tikar-tikar kesetiaan
tempat berbaring hati kita yang bertautan
sembari mendekap mimpi di keheningan
meretas benang-benang sepi di kesunyian
lalu kita rimbunkan sebuah taman
sarang bagi kekupu dan kekumbang
mencecap serbuk sari kasmaran
menetesi kita madu cinta yang terkenang-kenang
Jakarta, 23 Maret 2011 (18 Rabi’ul Akhir 1432 H)
Di Perjalanan Ini Aku Tersedu
Memasuki perjalanan ini
kududukkan kata-kata
di bangku-bangku yang tertata
:melajulah doa-doa
di kiriku trotoar dan halte-halte
mulai kulewatkan
di kananku nasib dan takdir
tak henti berkejaran
di depanku rambu-rambu adalah waktu
namun dari belakangku
jejak-jejak merintih ngilu
:menagih pertanggungjawabanku
meneruskan perjalanan ini
tubuh telah berlumut debu
hati terus tersedu
:maha duka mengejarku
Jakarta, 02 april 2011 (Rabi’ul Akhir 1432 H)
WAAoooAAawwwwwwww..... masih saja keren mbak.... ALHAMDULILLAH
http://www.kemudian.com/node/264036
Diksinya indah :D
lama gak menengok, mbak laila :) elok nian..
Mbak Laila dengan karya-karya yang menyejukkan hati seperti terbawa ke alam lain, untaian-untaian indah namun sarat wejangan. keren abis deh pokoknye!
bagus... aku suka pada 'rumah cinta' nya.
walaupun yang terakhir juga sedikit suka.
see you... sastra oh sastra.
Terasa dibawa jalan-jalan melewati petang di pedesaan hingga kembali tiba di perkotaan. (n_n)
Keren sekali, saya paling suka puisi ke-dua.
Di Perjalanan Ini Aku Tersedu, spesial sekali, Mbak :)
arsip yang lezat di petang begini.
salam :-)
Lagi, Mbak, lagi, aku kecanduan sajakmu. Senang bisa bertemu sajak-sajak Mbak disini. Soalnya di Facebook susah ketemu. Walaupun kita berteman(?). Aku menikmati sekali yang 'Di Perjalanan Ini Aku Tersedu'.
huuu.. wangii, Mbk..
salam. :)
hari ini saya bisa menikmati 5 puisi sekaligus
makasih banyak ya mbak, sungguh banyak hal
yang saya petik di sini...
thanks mbk udah diposting. mari terus berkarya
Bunga rampai nan indah bermekaran menyambut hembus angin, membagi kesejukan. Nice....salam sayang untukmu adik manis....
hohoho :D
saia ga bisa ngomong apa apa :D
saia menikmatinya :D
.
salam sastra Dedalu :D
Kurasa yang paling bagus yang awal, coba puisi yang itu dipisahkan, jadi penilaiannya bisa lebih obyektif dan puisi lain ga kebanting :)
Kurasa yang paling bagus yang awal, coba puisi yang itu dipisahkan, jadi penilaiannya bisa lebih obyektif dan puisi lain ga kebanting :)
februari-maret-april ada apa dibulan itu?
terimakasih telah memberikan saya kesempatan membaca puisi yang indah ini.
salamjogja
:)
no comment.
hehe