Debu menyembur
menemani langkah kaki berlari
di antara deburan pasir
kesedihan, kesunyian
Kaki ini tak mau berhenti
untuk mencari, mencari, dan mencari
pelangi senja yang muncul
sesaat hujan hilang, reda
di ujung pelangi
kulihat harapan mengambang
aku ingin menggapai
bidadari yang tak lekang
hilang dalam hati
aku kan terus berlari
mengejar mimpi
impian pribadi
aku ingin bisa
lompati dinding tinggi
tempat kau terbaring
bersama impianmu
meninggalkan namamu
dan cinta yang terpatri
dalam hatiku...
Menarik.
Hanya mau komen tentang: debu dan hujan. Di bait pertama ada gambaran tentang debu yang beterbangan. Di bait kedua dan ketiga gambarannya tentang pelangi setelah hujan. Menurutku imajinya kurang menyatu; kurang kompak. Bisa diperdebatkan bahwa pergantian bait sudah mewakili pergantian waktu dan tempat, tetapi transisinya perlu. Juga komposisinya, perbandingannya. Lebih banyak pelangi daripada debu. Mestinya itu bermakna penekanan. Tetapi imaji debu di bait satu itu bagus. Kuat, sehingga terasa ada lompatan tak terlihat dari bait satu ke bait-bait berikutnya.
Mungkin bisa diatasi dengan menyelipkan satu bait lagi setelah bait satu. Atau gambaran debu itu diperjelas sebagai debu yang naik pada saat hujan setelah sekian lama kering, misalnya.
Secara keseluruhan aku masih tetap bisa menikmati.
Sekadar komen.
Salam
pertanyaannya,,,
udah ktemu belom ma bidadarinya?
makasih yang udah dateng... meski komennya tidak seperti yang saya harapkan... --salam sastra dari AwankoLosta--
nice poem :)
bagus :D
nice..
mampir ya kk http://www.kemudian.com/node/259863
Kusuka. .:)
uda ketemu bang bidadarinya? haha
belon.... hahahahaha....