Lihatlah!
Kuda merah bergabung dalam parade meresahkan
Penunggangnya berjingkrak
Menyapa parang telanjang
di balik senyum berliku
Gerimis yang turun siang itu memang asam
Namun tiada segetir isi hati manusia
Padamu aku meminta
Petiklah kepingan resah itu
Bagun bagiku sebuah bahtera
Penuhi dengan puisi berpasang-pasang
Bimbing tanganku masuki geladaknya
Sebagai mempelai aku ambilah
Dalam pelarian aku bawalah
Berlayar kita pergi, Nahkodaku
Bertolak menuju bulan
(Bulan berlapis madu)
Lalu terjun hingga dasar moskstraumen
Mari kunjungi sahabat kita yang baik
Tuan octopus pemimpi
Selami samudranya
Sejauh kisah enampuluh ribu mil membawa
Kita akan berdansa
Bersama iringan tujuh sangkakala.
Sementara di belakang sana
Para putra Adam gelar
lakon komedi picis aroma amis
Read previous post:
Read next post:
keren
adegan yang manis
salam :D
mampir ya kak http://www.kemudian.com/node/266517
Membaca puisi ini sy teringat akan dua hal: Octopus's Garden dan cerpen 2BR02B. Ada frasa “Tuan Octopus pemimpi” sih :D. Bedanya kalo Octopus's Garden bikin senyum, puisi ini bikin serba salah karena berhasil meriapkan nuansa manis-muram yang berujung skeptis (nah, nuansa manis-getir-skeptis(atau bahkan nihilism?)nya inilah yang mengingatkan sy pada 2BR02B. He). Manis karena ada bulan berlapis madu, puisi berpasang-pasangan, tapi kemudian yang manis-manis itu disandingkan begitu saja dengan ungkapan-ungkapan semacam dasar moskstraumen, kepingan resah, parang telanjang, juga larik penutup yang terkesan satire. Yah intinya sih sy suka sama puisi ini *ngalor-ngidul banget deh mau ngomong gitu doank =))*, walau gatel di satu kata: putera (mestinya kan putra. He). Emmm, tapi sebenarnya tergelitik juga sih sama frasa "putra Adam" yang seperti ‘meniadakan’ perempuan :D. Yah, sy sih berpikiran positif aja deh, mungkin hanya pertimbangan dari segi estetika aja biar frasanya ga kepanjangan. He.
Wah terimakasih. saya malah belum pernah baca tuh Octopus's Garden dan 2BR02B hehehe. putra Adam (yak anda betul, harusnya putra) saya pilih karena rasanya sih mereka yang paling sering punya gagasan berbau amis.
Terasa meledak-ledak, nice :)
"Gerimis yang turun siang itu memang asam
Namun tiada segetir isi hati manusia" ... boleh.
Dalem.. :)
terimakasih sudah mampir :) salam