Kita telah melewati puluhan hari tanpa ucapan selamat pagi.
Lalu tiap kali senja hampir sempurna biru tua, aku akan terpaku di samping jendela.
Barangkali rindumu akan datang bertamu, pikirku.
Seperti biasa, siluet dedaunan di tepi jalan mencemoohku
betapa absurd!
Aku baik-baik saja, teriakku
Tunggu sampai rasaku luruh dihembus waktu.
Aku selalu mendesahkan namamu, tapi abaikan saja.
Toh kelak keagunganmu akan ringkih bagiku.
Dan kau tak lagi punya arti.
Kapan?
Lihat saja nanti.
Kenalkan, aku adalah bagian kecil yang membungkus kenangan.
Yang mungkin akan kau seduh dan reguk pelan saat bercengkerama dengan sepi
Suatu kali nanti.
bagus
"Kenalkan, aku adalah bagian kecil yang membungkus kenangan."
Duh, kenangan. :))
Hihi. :D
Aku ga ngerti, "biru tua" pada "senja hampir sempurnya biru tua" itu mau nunjukin apa, halnya aku bingung gmn bisa ngelihat siluet dari jendela di senja yg hampir sempurnya.
Kehilanganmu nyampe sih, btw.
Biru tua pada senja nunjukin kalo setiap senja akan datang kesunyian...
Kalo tntang siluet itu bkn pas senja tp diliat dr jendela waktunya pagi hari...
Kira2 gitu lah gan :v
Waduh, kamu pake "biru tua" utk kesunyian. Okelah, keknya aku kurang baca.
Lalu soal siluet itu, menurutku keterangan wktnya terikat sama dua kalimat sebelumnya. Tauk deh, mungkin aku aja keliru bacanya.
"Barangkali rindumu akan bertamu..", seperti harapan yang muncul secara alami bagi kita, para manusia. :-)
Apik
Kalimat terakhir aku suka!
Kerja bagus,,,
seduh kenangan dengan air panas... biarkan aromanya lepas... hirup nikmatnya peristiwa.. karena kita masih bernyawa...
asik gan... :)