Dan disini aku berada.
Menangis tanpa air mata.
Menyesal tanpa bersuara.
Melihat mereka menderita membuat aku merasa marah.
Marah....
Bukan karena cara mereka yang licik menjatuhkan mereka.
Tapi aku marah, karena aku tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa menyaksikan dari dekat rentetan kejadian. Semuanya terlihat menyakitkan, ketika mereka jatuh berguling-guling dan aku hanya bisa melihat.
Menjadi penonton yang bahkan duduk paling depan melihat bagaimana perjuangan mereka.
Apakah kalian tidak mendengar apa yang mereka suarakan.
Apa kalian tidak mengerti bahasa mereka.
Perlukah kami memberikan kamus akan apa yang mereka rasakan.
Atau perlukah kami membawa kalian ke lembaga bahasa tubuh dan kepribadian agar kalian mengerti.
Aku rasa tidak perlu.
Karena bahasa yang kalian kuasai sudah banyak dan sangat dalam.
Tapi setelah melihat semua ini aku melihat kalian tidak mengerti akan satu hal.
Bahasa hati nurani.
Entah kemana hati nurani kalian ketika melakukan hal itu.
Apakah masih ada atau tidak.
Apakah kalian mendengarnya atau membiarkan bisikan jahat yang lebih menggiurkan dari pada sebuah hati nurani.
Atau kalian membiarkan hati nurani itu mati tanpa asupan, Tumpul tanpa asahan sehingga membuat Kalian lebih mendengar bisikan kata jahat yang tegas dibandingkan hati nurani kalian yang halus.
Dan ketika mereka akhirnya pergi.
Aku yakin bukan karena mereka membenci kalian.
Tapi untuk menyadarkan kalian.
Ketika suara mereka tidak lagi terdengar.
Ketika bahasa tubuh mereka tidak lagi terlihat.
Yang mereka butuhkan adalah pergerakkan tegas untuk menyadarkan kalian.
Bahwa kalian salah...
Dan biarkan waktu yang menjawab semuanya.
Karena selain tuhan.
Waktu akan menjadi saksi seperti apa kalian nanti
Disampaikan tidak menyakitkan
Nice
Terima kasih
Salam kenal
keren, mengharukan dan ending yg pas.
Jual Paypal Balance - Jual Mesin Pengering Padi
Terima kasih sudah mau membaca, salam kenal juga
Good :)
Salam kenal
Terimakasih sudah mau membacanya
Salam kenal juga
Keren
Slm kenal
nice, salam :)