Saya kebingungan mau komen apa, jadi sedikit ngerusuh (ngerusuh kok sedikit-sedikit?).
Pertama, saya ingin bermain kasar di sini (emang biasanya lembut?).
.
Saya tidak ragu lagi akan detail dalam cerita ini, yang membuat cerita benar-benar hidup, baik latar dan tokoh. Juga rasa yang saya cecap mengingatkan saya pada Anda. Dengan kata lain, Anda tidak meninggalkan ciri khas Anda dalam cerita ini.
.
Namun saya sedikit mengerutkan kening di kalimat pertama. Meletuk pada kata "jauh" dan "dalam" (terakhir, bersanding bersama ikan dan akuarium). Itu kalimat yang kurang efektif.
.
Selain hal di atas, saya tidak merasakan keutuhan dari cerpen ini. Tidak ada benang yang menjembatani semua adegan di atas, kecuali tokoh sendiri.
.
Saya merasa tokoh ini tidak peduli pada sekitarnya, dan pada tokoh lain. Seperti yang ia ucapkan dalam dialog. Dan sepertinya ia berada di zona tidak peduli ketika adegan itu diramu menjadi tulisan.
.
saya juga ada beberapa pandangan soal tiga kalimat terakhir:
.
1. "Tolong minggir!"
Itu untuk Janu, si pria yang suka maksa dan Fay ingin ia menyingkir dari kehidupannya.
2. "Tolong jangan mati!"
Untuk Oma, tentu saja.
3. "Tolong jangan menangis!"
Untuk Fay sendiri, yang ingin mempertahankan zona ketidak peduliannya.
.
Saat menulis ini saya merasa cerita di atas mungkin ada benang merah yang menjadikannya utuh, namun sangat tipis. Atau mungkin memang konflik batin di sini ingin dipenggal sedemikian rupa, sehingga terlihat tidak menyatu, padahal dalam batin yang sama.
Salam.
Saya jadi pengen curhat juga nih jadinya, soal gimana sampe jadi tulisan macam begini. Ide awalnya saya pengen menulis mimpi, pasti susah soalnya mimpi ga punya plot yang linear. Meloncat-loncat gitulah. Terlebih kalo kita lagi banyak pikiran pasti keluarnya mimpi aneh-aneh deh.. Itu aja sih idenya sebenernya, terus saya sempet mikir ngasal.. di realitas kita ga mungkin juga seharian berada dalam satu plot kejadian yang itu-itu doang. Misalnya, ga mungkin kita seharian dari pagi ampe sore mikirin pacaran ato cecintaan melulu #apaa ini contohnya -__- Maksud saya banyak hal lain yang kadang cuma lewat tapi kalo dalam 'cerita' dianggap seolah ga ada, padahal itu bisa jadi ngaruh ke alam bawah sadar kita trus munculnya jadi mimpi. Apa bisa seenggak peduli itu sama sekitar? Singkatnya, tulisan ini nyeritain seharinya satu orang, bukan satu kejadian. Lebih ke orangnya gitu mbak. Blahhh... ini saya berarti ngelanggar hak pembaca untuk berinterpretasi yah?
Saya sadar sih bakalan aneh kalo dibuat jadi cerita, makanya saya kasi tag mimpi, random, dll itu #ngelesss. Ga maksud menggiring pembaca sih yg saya bilang ini, ngasih gambaran aja kenapa bentuknya ga jelas. Soal isi ya silakan ditafsir bebas :). Yang terakhir itu kuping sotoy sy aja kalo denger sirene mobil jenazah dan ambulans. Heheh #berbusa
Anda tidak suka yang panjang? (pertanyaan anuisme)
.
Saya punya kebiasaan buruk, menentang apapun yang orang percayai, seperti yang Anda katakan.
"... di realitas kita ga mungkin juga seharian berada dalam satu plot kejadian yang itu-itu doang "
Saya pernah mikiran Final Fantasy dari pagi sampai malam (#apaa ini contohnya -__- {2}).
.
Saya bukan mempermasalahkan ketidak utuhan plot-nya, atau kejadiannya, tapi berusaha memahami keterkaitan setiap adegan di dalam cerita (ngeles {2}).
.
Saya tidak tahu apakah ini melanggar hak interpretasi pembaca atau tidak, tetapi berkat jawaban Anda, ada sesuatu rasa bahagia di hati saya. Sebagaimana saya berusaha mencari tahu kenapa kulit Im Yoona bisa sehalus itu, dan kemudian ia memberi tahukan rahasianya lewat e-mail. Saya merasakan kebahagian yang sama seperti itu ketika Anda menjawab komentar saya.
.
Itu hanya pikiran saya yang entah kenapa bisa berpikir demikian, dan cukup relevan juga dengan adegan dalam cerita. Salah satu kebiasaan buruk saya memang suka menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, misal kemarin, saya berusaha menghubungkan kembali hati ini dengan hati mantan, lalu saya sadar. Saya tidak pernah punya pacar, apalagi mantan. #minum_racun
.
"Berbusa!?" #CPR cepat.
.
Napas buatan, tekan dada. Napas buatan, tekan dada.
.
"Kenapa dihirup, ditiup goblok."
.
Habis bibirnya seksi sih, jadi ingin ... #plak.
.
(di suatu tempat, di kamar penuh nikotin dan alkohol, seorang member band sedang memegang boneka Barbie, untuk menyantet).
Saya nggak bisa nangkep maksud dari cerita ini, mungkin memang bener cuma sekadar penggalan-kehidupan dalam artinya yg paling murni, mungkin penggalan dari cerita yang lebih panjang, mungkin ada makna terselubung yg saya nggak paham, tapi seperti biasa saya menikmati gaya berceritanya. Dirimu kayaknya suka sekali ngasih deskripsi tentang langit, dan memang bagus sih, itu ngasih atmosfer tertentu bagi cerita. Detail-detail kecil lainnya, macam cewek-cewek sosialita yg lagi selfie, pedagang bakso, bapak-anak yang makan di sebelah tokoh utama, bikin ceritanya jadi makin hidup, seakan penulis bilang ini cerita bukan cuma tentang tokoh utama dan orang2 yg dia ajak interaksi langsung, ini juga tentang orang2 lain yang ada di sana meskipun cuma jadi latar. Kesannya jadi luas, hidup, realistis. Penulis pasti rajin banget perhatikan sekitarnya, enggak cuma ngambil inspirasi dari buku2 yang dia baca.
Dan tiga kalimat terakhirnya itu terasa kuat sekali buat saya.
Sekian. Mohon maaf karena ini cuma racauan nggak jelas
Haiii...awalnya waktu baca pandang2an di jendela, saya pikir settingnya new york..lalu tetiba ada ikan bakar saus pedas. Saya bacanya jadi berhenti dan revisi setting.hihi
Saua suka nih yg misteri misteri ga tau mau dibawa kemana seperti ini
Bikin senyum simpul lalu menerka nerka sendiri. Hihi
Semoga ada lanjutan jadi oenasatan saya terjawab.
Duhhh kapan bs bikin cerpen sekece ini
Memang ya, dengan konflik keseharian yang tidak dilebih-lebihkan dan resolusi yang mengawang, kak Vin tetap bisa mengemas cerita yang kuat dan berkesan. Selalu cantik. Beauty in simplicity #eaaa
Selebihnya belum bisa komentar banyak.
Gak bisa buat cerpen. Hehe.
Oh ya, tadi nemu typo:
peaan >> pesan
Ini masih tentang Fay yang sama dengan cerita-cerita sebelumnya kan? Potongan dari novel kah?
Oiya, nanti diedit lagi. Makasih ya :)
Mungkin ada hubungannya tapi belum nemu. Hihi. Sebenernya karena saya males mikir nyari nama tokoh aja sih #dikepret. Yang di waltz kan saya nantangin dirimu nerusin tuh ;)
Saya kebingungan mau komen apa, jadi sedikit ngerusuh (ngerusuh kok sedikit-sedikit?).
Pertama, saya ingin bermain kasar di sini (emang biasanya lembut?).
.
Saya tidak ragu lagi akan detail dalam cerita ini, yang membuat cerita benar-benar hidup, baik latar dan tokoh. Juga rasa yang saya cecap mengingatkan saya pada Anda. Dengan kata lain, Anda tidak meninggalkan ciri khas Anda dalam cerita ini.
.
Namun saya sedikit mengerutkan kening di kalimat pertama. Meletuk pada kata "jauh" dan "dalam" (terakhir, bersanding bersama ikan dan akuarium). Itu kalimat yang kurang efektif.
.
Selain hal di atas, saya tidak merasakan keutuhan dari cerpen ini. Tidak ada benang yang menjembatani semua adegan di atas, kecuali tokoh sendiri.
.
Saya merasa tokoh ini tidak peduli pada sekitarnya, dan pada tokoh lain. Seperti yang ia ucapkan dalam dialog. Dan sepertinya ia berada di zona tidak peduli ketika adegan itu diramu menjadi tulisan.
.
saya juga ada beberapa pandangan soal tiga kalimat terakhir:
.
1. "Tolong minggir!"
Itu untuk Janu, si pria yang suka maksa dan Fay ingin ia menyingkir dari kehidupannya.
2. "Tolong jangan mati!"
Untuk Oma, tentu saja.
3. "Tolong jangan menangis!"
Untuk Fay sendiri, yang ingin mempertahankan zona ketidak peduliannya.
.
Saat menulis ini saya merasa cerita di atas mungkin ada benang merah yang menjadikannya utuh, namun sangat tipis. Atau mungkin memang konflik batin di sini ingin dipenggal sedemikian rupa, sehingga terlihat tidak menyatu, padahal dalam batin yang sama.
Salam.
Hihi, panjang euy..
Saya jadi pengen curhat juga nih jadinya, soal gimana sampe jadi tulisan macam begini. Ide awalnya saya pengen menulis mimpi, pasti susah soalnya mimpi ga punya plot yang linear. Meloncat-loncat gitulah. Terlebih kalo kita lagi banyak pikiran pasti keluarnya mimpi aneh-aneh deh.. Itu aja sih idenya sebenernya, terus saya sempet mikir ngasal.. di realitas kita ga mungkin juga seharian berada dalam satu plot kejadian yang itu-itu doang. Misalnya, ga mungkin kita seharian dari pagi ampe sore mikirin pacaran ato cecintaan melulu #apaa ini contohnya -__- Maksud saya banyak hal lain yang kadang cuma lewat tapi kalo dalam 'cerita' dianggap seolah ga ada, padahal itu bisa jadi ngaruh ke alam bawah sadar kita trus munculnya jadi mimpi. Apa bisa seenggak peduli itu sama sekitar? Singkatnya, tulisan ini nyeritain seharinya satu orang, bukan satu kejadian. Lebih ke orangnya gitu mbak. Blahhh... ini saya berarti ngelanggar hak pembaca untuk berinterpretasi yah?
Saya sadar sih bakalan aneh kalo dibuat jadi cerita, makanya saya kasi tag mimpi, random, dll itu #ngelesss. Ga maksud menggiring pembaca sih yg saya bilang ini, ngasih gambaran aja kenapa bentuknya ga jelas. Soal isi ya silakan ditafsir bebas :). Yang terakhir itu kuping sotoy sy aja kalo denger sirene mobil jenazah dan ambulans. Heheh #berbusa
Anda tidak suka yang panjang? (pertanyaan anuisme)
.
Saya punya kebiasaan buruk, menentang apapun yang orang percayai, seperti yang Anda katakan.
"... di realitas kita ga mungkin juga seharian berada dalam satu plot kejadian yang itu-itu doang "
Saya pernah mikiran Final Fantasy dari pagi sampai malam (#apaa ini contohnya -__- {2}).
.
Saya bukan mempermasalahkan ketidak utuhan plot-nya, atau kejadiannya, tapi berusaha memahami keterkaitan setiap adegan di dalam cerita (ngeles {2}).
.
Saya tidak tahu apakah ini melanggar hak interpretasi pembaca atau tidak, tetapi berkat jawaban Anda, ada sesuatu rasa bahagia di hati saya. Sebagaimana saya berusaha mencari tahu kenapa kulit Im Yoona bisa sehalus itu, dan kemudian ia memberi tahukan rahasianya lewat e-mail. Saya merasakan kebahagian yang sama seperti itu ketika Anda menjawab komentar saya.
.
Itu hanya pikiran saya yang entah kenapa bisa berpikir demikian, dan cukup relevan juga dengan adegan dalam cerita. Salah satu kebiasaan buruk saya memang suka menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, misal kemarin, saya berusaha menghubungkan kembali hati ini dengan hati mantan, lalu saya sadar. Saya tidak pernah punya pacar, apalagi mantan. #minum_racun
.
"Berbusa!?" #CPR cepat.
.
Napas buatan, tekan dada. Napas buatan, tekan dada.
.
"Kenapa dihirup, ditiup goblok."
.
Habis bibirnya seksi sih, jadi ingin ... #plak.
.
(di suatu tempat, di kamar penuh nikotin dan alkohol, seorang member band sedang memegang boneka Barbie, untuk menyantet).
.
Tiiiiiitttttt!
.
.
*sodorin minum*
**minum, sambil mendekap punggung**
Awesome, very long (o,+)
Ehm ehm
Kabbuurrr
What's This ?
.
This is Sparta! #tendang
Hahaha, Panipu, katanya endingnya gak bakalan dirubah...
*buru2 sun tangan #takut murtad
Komen macam apaa ini...
ngarepin komen apa emang?
Mau kopas keburu malay sii.
I see what you did there .... (°_°)
Saya nggak bisa nangkep maksud dari cerita ini, mungkin memang bener cuma sekadar penggalan-kehidupan dalam artinya yg paling murni, mungkin penggalan dari cerita yang lebih panjang, mungkin ada makna terselubung yg saya nggak paham, tapi seperti biasa saya menikmati gaya berceritanya. Dirimu kayaknya suka sekali ngasih deskripsi tentang langit, dan memang bagus sih, itu ngasih atmosfer tertentu bagi cerita. Detail-detail kecil lainnya, macam cewek-cewek sosialita yg lagi selfie, pedagang bakso, bapak-anak yang makan di sebelah tokoh utama, bikin ceritanya jadi makin hidup, seakan penulis bilang ini cerita bukan cuma tentang tokoh utama dan orang2 yg dia ajak interaksi langsung, ini juga tentang orang2 lain yang ada di sana meskipun cuma jadi latar. Kesannya jadi luas, hidup, realistis. Penulis pasti rajin banget perhatikan sekitarnya, enggak cuma ngambil inspirasi dari buku2 yang dia baca.
Dan tiga kalimat terakhirnya itu terasa kuat sekali buat saya.
Sekian. Mohon maaf karena ini cuma racauan nggak jelas
Ini cuma ceritanya orang yg lagi banyak pikiran, rian. Biasanya dirimu peka soal beginian :v
Haiii...awalnya waktu baca pandang2an di jendela, saya pikir settingnya new york..lalu tetiba ada ikan bakar saus pedas. Saya bacanya jadi berhenti dan revisi setting.hihi
Saua suka nih yg misteri misteri ga tau mau dibawa kemana seperti ini
Bikin senyum simpul lalu menerka nerka sendiri. Hihi
Semoga ada lanjutan jadi oenasatan saya terjawab.
Duhhh kapan bs bikin cerpen sekece ini
Uhh, settingnya itu..ada di kepala saya, mimpi saya sih maksudnya -__-
Makanya ga jelas. Makasih singgahmu ya ;)
Saya masih bingung siy, mba vin. Ini mau dibawa ke mana. Hmmmmm.
Saya gak akan membawamu ke mana2, nine. Karena saya bukan armada.. #apaan -_-
Bawalah diriku oh, Sayaang~~~
Bang..ikut neng dangdutan yuk -_-
Hayyyukkk, Nengg. :3
Bunuh Hayati di rawa-rawa, Bang.
Hayati sudah nggak kuat!
Ahahahahaha XD
*sori mba vin, lapaknya jadi tempat nge-spam lagi
Memang ya, dengan konflik keseharian yang tidak dilebih-lebihkan dan resolusi yang mengawang, kak Vin tetap bisa mengemas cerita yang kuat dan berkesan. Selalu cantik. Beauty in simplicity #eaaa
Selebihnya belum bisa komentar banyak.
Oh ya saya suka narasi terakhirnya.
Salam.
Hai wander, mana cerpenmu? ;)
Gak bisa buat cerpen. Hehe.
Oh ya, tadi nemu typo:
peaan >> pesan
Ini masih tentang Fay yang sama dengan cerita-cerita sebelumnya kan? Potongan dari novel kah?
Oiya, nanti diedit lagi. Makasih ya :)
Mungkin ada hubungannya tapi belum nemu. Hihi. Sebenernya karena saya males mikir nyari nama tokoh aja sih #dikepret. Yang di waltz kan saya nantangin dirimu nerusin tuh ;)
Hihi kirain. Wah jangan saya yang lanjutin, nanti hancur :'))
apalagi saya, plus plus nanti .... ( ..)
Ava'an tuh
< />
Hehe, maav..udah divenerin
cie, cie, yang gagal posting .... #dikepret