Kau lihat dia tergolek di atas kasur hijau.
Tubuhnya sudah menyusut jauh;
Kini ia tak lebih dari belulang dilapis kulit.
Napasnya satu-satu, lemah
dan akan berhenti jika mesin-mesin itu diputus dayanya.
Wajahnya pasi. Matanya cekung.
Tulang pipinya menonjol dengan mengerikan.
Dokter bilang harapan hidupnya kian menipis seiring bertambahnya hari.
Tapi kau tak peduli.
Cinta itu sungguh aneh, pikirmu.
Kau masih merasakan getaran itu,
Kau masih merasakan lonjakan perasaan itu.
Namun kali ini bukan lagi hangat yang menjalar di dada, tapi pedih.
Dan kau telan pedih itu bulat-bulat.
Karena lebih baik kehilangan separuh daripada kehilangan semuanya.
Cinta itu membunuh, batinmu.
Bahkan, ketika dia tidak membalas ungkapan cintamu,
Ketika dia hanya teronggok di situ,
Kau masih mencintainya
Dengan segenap hati
jiwa
raga
Hingga kau mati perlahan-lahan.
Read previous post:
Read next post:
Be the first person to continue this post
Saya caari di kolom stories dab keluar ini. Pas baca lebih kayak puisi yaaaa... tapi gak puisi-puisi amat. Buat cerita juga terlalu pendek. Tapi sih saya suka. Feelingnya nyampe ke saya.
Ternyata membaca cerita yang lugas itu kadang memberikan kesan yang flat ya. Kalau saja deskripsinya lebih dalam, pasti terasa lebih menarik.
Tapi ini keren!
Keep writing.
xoxo
menyambung komen hidden. cerita berpuitis tentang kisah sedih klise. seandainya ditulis dengan kata2 yang lebih menggugah mungkin ini akan menyenangkan
Di sebut puisi tidak
Di sebut cerita tidak juga
Lebih enak
Di sebut cerita yang berpuitis :v