Lamat lamat terdengar
serenada tekat meski
tak kunjung menjadi hebat
Anak anak hebat sudah
pergi sejak di dalam niat
Orang orang kuat telah
pari purna bermartabat
Hanya cinta negeri
yang kami punya
kami bertahan di sini
Lima puluh lima tahun
bukan seumur jagung
tidak juga segede gunung
Beban sejarah begitu lekat
Pesawat terbang kembali
dihidang, dikira lezat
Satelit semakin terasa elit
Roket pun sibuk menyendiri
Inderaja berebut bantah
dengan tetangga
Sain antariksa entah lari kemana,
hisab rukyah menjadi idola
Teknologi atmosfir masih
pikir pikir transisi
ke antariksa raya atau
cukup mendarat saja
Ow.... Apa yang dikau punya ?
Lamat lamat
bergumam saja
Hanya cinta negeri
yang kami punya
kami bertahan di sini
Sain dan teknologi
tak pernah mengenal berhenti
Berhenti berarti mati
Dan kami bersedia
mati pada saat berlari
mengejar mimpi mimpi anak negeri
Martabat Negeriku
martabat kami
Hanya cinta negeri
yang kami punya
yang tidak suka
boleh minggir
kami setia di sini
melangkah setapak demi setapak,
berfikir sampai tiada akhir,
menuju Indonesia semakin maju
menuju sinergi, kolaborasi,
dan sehat berkompetisi
tidak lagi sendiri sendiri
Jalan kami adalah
jalan iptek Penerbangan
dan Antariksa.
Apa pun resikonya,
kami setia di jalan ini
Dirgahayu LAPAN
Dirgahayu yang ke 55
Jayalah LAPAN
Jayalah Negeriku
---
Rumpin, 27 Nop 2018
Semnagat
Oke...
Puisi yang menggugah semangat
ini puisi filsafat tapi LAPAN kan iptek dan imtak dan ternyata filsafat juga ya.
maaf komentarnya begini maklum lah ya...
kapan piknik ke bulan kita warga indonesia berhayal piknik ke bulan, hehehe
biar gayaan dikit, niru niru filsuf
Tentang ke bulan. Hampir tiap bulan dari bulan ke bulan. hehe