saya merasa ceritanya melenceng, waha.
maaf kalau kurang bisa mengerti maksudmu.
pas dari awal itu saya menyangka ini cerita tentang keluarga. jangan2 Paman Tantowi itu ayahnya Andi, cuma ditutup2i. (dan saya beneran membayangkannya seperti Tantowi Yahya, yang kapan itu katanya baru menikah, waha.)
tapi lalu Paman Tantowi meninggal secara misterius, dan bagian selanjutnya... tampaknya ada miss yang amat jauh. buat saya sih.
judul itu apa sengaja enggak dikasih huruf kapital pada huruf2 lainnya? (selain pada "Andi" dan "dan")
"nafas" itu menurut KBBI seingat saya ditulis "napas" (sori, jamaah kbbiyah :-P)
semoga betah meramaikan Kemudian :-)
Thank :D Memang susah sih. Sepertinya metaforanya kebanyakan.
Aku baca cerita pendeknya aja. Agak lupa judulnya karena sudah lama. Soalnya aku pakai Mythologi dia makanya kukasih tribut biar nggak dibilang plagiat.
Di dalam cerpen ini bertaburan metafora2 sulit yg sulit untuk saya pahami bahkan setelah beberapa kali baca. Terutama tentang kegelapan itu. Seperti "Ke dalam kegelapan dimana bahkan kegelapan itu sendiri menjadi buram.", lalu "Sebuah kegelapan luas dan kegelapan itu menyerigai.", lalu "Kegelapan itu bukanlah hal yang menakutkan namun sesuatu yang ditengah kegelapan dimana kegelapan ketakutan."
Saya suka dengan ide mengenai kegelapan itu, tapi dengan metafora yang seperti demikian saya tidak bisa mendapatkan perasaan horror yang pas, melainkan kebingungan.
.
Di luar dari itu saya pikir ini adalah cerita yang bagus. Meski saya tidak merasa takut ketika membacanya saya tetap suka dengan alur ceritanya dan perkembangan karakternya.
.
Btw saya belum pernah baca cerita HPL. Ada rekomendasi?
mulanya saya kira si "aku" ini cowok lo. sempat bingung mereka2 jenis kelaminnya si "aku", si lawan bicaranya, dan si kakak pria itu. bahasanya terasa kayak terjemahan yang kurang sesuai dengan "bahasa" pembaca yang disasar, terputus2 aja gitu, nempel-lepas-nempel-lepas... dan seperti kata Riesling, tampaknya penulisannya masih perlu dibenahi.
kesan saya aja sih. maaf kalau kurang berkenan. moga rajin nongol di Kemudian :D ehehe...
Pilih c
Ceritanya melenceng. Memang sih. Hahaha
Terlalu miss memang, tapi otak saya cepet banget panas. Cuma bisa nulis segini. Maaf.
Oke kapital.
Jangan cemas, kita akan merubah KBBI.
saya merasa ceritanya melenceng, waha.
maaf kalau kurang bisa mengerti maksudmu.
pas dari awal itu saya menyangka ini cerita tentang keluarga. jangan2 Paman Tantowi itu ayahnya Andi, cuma ditutup2i. (dan saya beneran membayangkannya seperti Tantowi Yahya, yang kapan itu katanya baru menikah, waha.)
tapi lalu Paman Tantowi meninggal secara misterius, dan bagian selanjutnya... tampaknya ada miss yang amat jauh. buat saya sih.
judul itu apa sengaja enggak dikasih huruf kapital pada huruf2 lainnya? (selain pada "Andi" dan "dan")
"nafas" itu menurut KBBI seingat saya ditulis "napas" (sori, jamaah kbbiyah :-P)
semoga betah meramaikan Kemudian :-)
thank
Wow, dari awal sudah kuduga ada yang tak beres, tapi ga kepikiran kalau sampai ada monster segala. Nice~~
Thank :D Memang susah sih. Sepertinya metaforanya kebanyakan.
Aku baca cerita pendeknya aja. Agak lupa judulnya karena sudah lama. Soalnya aku pakai Mythologi dia makanya kukasih tribut biar nggak dibilang plagiat.
Di dalam cerpen ini bertaburan metafora2 sulit yg sulit untuk saya pahami bahkan setelah beberapa kali baca. Terutama tentang kegelapan itu. Seperti "Ke dalam kegelapan dimana bahkan kegelapan itu sendiri menjadi buram.", lalu "Sebuah kegelapan luas dan kegelapan itu menyerigai.", lalu "Kegelapan itu bukanlah hal yang menakutkan namun sesuatu yang ditengah kegelapan dimana kegelapan ketakutan."
Saya suka dengan ide mengenai kegelapan itu, tapi dengan metafora yang seperti demikian saya tidak bisa mendapatkan perasaan horror yang pas, melainkan kebingungan.
.
Di luar dari itu saya pikir ini adalah cerita yang bagus. Meski saya tidak merasa takut ketika membacanya saya tetap suka dengan alur ceritanya dan perkembangan karakternya.
.
Btw saya belum pernah baca cerita HPL. Ada rekomendasi?
Oh, yeeeaaaah
dialog khas teenlit yang menghibur sekaligus mencekam terasa dialognya seperti film drama trus berkarya
mulanya saya kira si "aku" ini cowok lo. sempat bingung mereka2 jenis kelaminnya si "aku", si lawan bicaranya, dan si kakak pria itu. bahasanya terasa kayak terjemahan yang kurang sesuai dengan "bahasa" pembaca yang disasar, terputus2 aja gitu, nempel-lepas-nempel-lepas... dan seperti kata Riesling, tampaknya penulisannya masih perlu dibenahi.
kesan saya aja sih. maaf kalau kurang berkenan. moga rajin nongol di Kemudian :D ehehe...