memang bagus sih, mengagumi keindahan seni gereja.
tapi maaf ya saya setuju sama Dendy ^^
karena yang saya tau meskipun cuma masuk, itu udah murtad perbuatan
soal ikrar penghambaan Makhluk kepada Tuhannya setuju deh, tempat bukan masalah dimana Tuhan itu sendiri dipuja
tapi sekiranya ada juga tempat yang tidak etis (toilet misalnya)
sebuah pesan, yang menurut saia lebih ke arah kemanusiaan. tapi, ada yang missing jika ini adalah sejatinya penulis inginkan menjadi cerpen. pertama, pasti harus dipahami cerpen itu apa. unsur-unsurnya apa saja. dari pesan, atau amanat yang disampaikan penulis dalam cerpen ini, cukup oke. namun, ini dari sudut pandang pembaca semodel saia, penulis dan pembaca lainya. artinya, bukan semua.
jadi, saia pikir sebuah cerpen sejatinya memilih konflik atau suatu permasalahan yang dikemukakan dengan tutur peristiwa. apa yang terjadi, dimana, kapan, bagaimana, dsb. seperti apa istilahnya itu (What, Where, Who, When, Why dan How). nah... itu yang missing.
karena hal yang menurut saia hilang itu, cerpen ini kurang bisa dinikmati sebagai sebuah cerpen, literatur. ini lebih kepada semacam opini. pun pada dasarnya opini adalah lantai dasar penulis menceritakaan sesuatu kepada pembaca, opini ini kurang didukung oleh unsur2 cerpen, dimana sebagai medianya menyampaikan "pesan".
selebihnya, cerpen ini cukup bagus berdiri di titik "menyampaikan". ya, itu jika narasi yang berkesan "argumen" itu dimodifikasi atau dipotong sekalian.
bdw, ini hanya pendapat pribadi. sebatas sebuah apresiasi :)
kip nulis
ahak hak hak
hmm, apa ya, aku suka cerita ini ! :D Dan apa yang kamu sebut ikrar itu juga aku setuju.
Tapi kalo seandainya aku ada di cerita itu,mungkin aku sependapat sama Dendy hehe
memang bagus sih, mengagumi keindahan seni gereja.
tapi maaf ya saya setuju sama Dendy ^^
karena yang saya tau meskipun cuma masuk, itu udah murtad perbuatan
soal ikrar penghambaan Makhluk kepada Tuhannya setuju deh, tempat bukan masalah dimana Tuhan itu sendiri dipuja
tapi sekiranya ada juga tempat yang tidak etis (toilet misalnya)
salam kenal ^^
huaaaaa,,, makasih masukannya ya! thanks a lot loh... makasih banget.
sebuah pesan, yang menurut saia lebih ke arah kemanusiaan. tapi, ada yang missing jika ini adalah sejatinya penulis inginkan menjadi cerpen. pertama, pasti harus dipahami cerpen itu apa. unsur-unsurnya apa saja. dari pesan, atau amanat yang disampaikan penulis dalam cerpen ini, cukup oke. namun, ini dari sudut pandang pembaca semodel saia, penulis dan pembaca lainya. artinya, bukan semua.
jadi, saia pikir sebuah cerpen sejatinya memilih konflik atau suatu permasalahan yang dikemukakan dengan tutur peristiwa. apa yang terjadi, dimana, kapan, bagaimana, dsb. seperti apa istilahnya itu (What, Where, Who, When, Why dan How). nah... itu yang missing.
karena hal yang menurut saia hilang itu, cerpen ini kurang bisa dinikmati sebagai sebuah cerpen, literatur. ini lebih kepada semacam opini. pun pada dasarnya opini adalah lantai dasar penulis menceritakaan sesuatu kepada pembaca, opini ini kurang didukung oleh unsur2 cerpen, dimana sebagai medianya menyampaikan "pesan".
selebihnya, cerpen ini cukup bagus berdiri di titik "menyampaikan". ya, itu jika narasi yang berkesan "argumen" itu dimodifikasi atau dipotong sekalian.
bdw, ini hanya pendapat pribadi. sebatas sebuah apresiasi :)
kip nulis
ahak hak hak
terima kasih ya :)
terimakasih ya... :)
saklek itu... apa ya... *mikir*..
mungkin lebih pas disebut "Kolot"
thanks... iya, memang pada faktanya, kebanyakan demikian.
iya... manusia yg tak pernah menyadari kalo pada dasarnya mereka sama. :)
kamu, suka X-Japan ya? *just saw your ID :)
Cerita singkat namun ada yang bisa didapat. Good :)
cerita nya bagus tapi aku ingin bertaya saklek itu apa nya
*speechless*
hmm, apa ya, aku suka cerita ini ! :D Dan apa yang kamu sebut ikrar itu juga aku setuju.
Tapi kalo seandainya aku ada di cerita itu,mungkin aku sependapat sama Dendy hehe