puisi yang bagus,
saya jadi ingat buku ta'limul muta'allim (yang harus diketahui oleh penuntut ilmu)
iya, di buku itu ada kisah guru-guru memberikan cara-cara belajar, buku itu ditulis abad 8 atau 9 waktu jaman pena bulu dan tinta dicelupin buat nulis,
ada anjuran untuk membawa alat tulis dan menuliskan apa saja yang menginspirasi sebelum hilang begitu saja sebab dilewatkan, bila ditulis akan menambah pengetahuan.
bila membawa alat tulis dan menuliskan setiap apa yang menginspirasi maka itu menghargai momen dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
ada kata mutiara banyak,
yang saya ingat diantaranya:
bila kau melewatkan sesuatu yang kau anggap tak berarti maka kau sudah melewatkan hal yang besar.
itu membuat siapa pun menghargai hal-hal kecil dan mendapatkan sesuatu yang bermakna dari hal-hal kecil itu.
perasaan manusia itu banyak, cinta, benci, dan lainnya.
kadang ada orang jatuh cinta dan merasa bahwa rasa itu didatangkan oleh Tuhan untuknya agar mencintai orang yang sedang disukainya itu, misalkan saja berlanjut ke jenjang pernikahan, lalu tahun-tahun awal masih baik dan tiba-tiba berubah keadan menjadi sering terjadi KDRT, lalu merenungkan kembali rasarasa yang ada dahulu saat berpacaran, apakah rasa itu dari Tuhan? kenapa jadinya menipu perasaan, Tuhan menjodohkanku dengan orang yang kejam, Tuhan yang menipu. Lalu marah sama Tuhan.
Padahal, rasa itu dari Tuhan dan manusia disuruh memenej sendiri rasa-rasa itu. lalu, bagaimana bila ada pasangan selingkuh sebab mencintai orang lain, apakah rasa cinta itu didatangkan dari Tuhan juga agar salah satu dari pasangan itu berselingkuh dan akan bilang bahwa selingkuhnya diberkati Tuhan atau diizinkan Tuhan?
hehehe
ya, itulah namanya rasa-rasa yang sebetulnya manusia itu sendiri yang harus memenejnya.
saya kira bukan maksudnya mau bilang agama itu tidak perlu,
hehe,
sepertinya penulis ini sedang menyindir manusia beragama tapi tak mencerminkan perilaku manusia beragama yang seharusnya beriman kepadaNya.
puisi yang bagus
ya betul memang semua merasakan terkadang siapa pun pernah begitu tapi tak harus selalu,
katakan apa yang ingin dikatakan dan kenapa harus takut?
tapi saya sendiri juga heran kenapa mengalami hal seperti itu,
jadinya cinta dalam hati. hehehehe
enak dibaca,
menunggang angin yang berhembus perlahan
itu kalimat yang puitis
maknanya dalam sekali,
bisa juga dimaknai angin perubahan,
ya, jaman akan selalu berubah jadi bisa merenung tentang banyak hal.
jaman 2000an, 90an, 80an, 70an, dst.
ada orang-orang yang berpikir bahwa angin bisa dimaknai angin perubahan,
hehehehe,
seperti saya ini,
tapi, tentunya maksud sebenarnya penulis sendiri yang tahu,
bisa jadi mengungkapkan kesendirian atau loneliness, eh, lonely, eh apa ya? ya itu kali lah ya
bagus
puisi yang bagus,
saya jadi ingat buku ta'limul muta'allim (yang harus diketahui oleh penuntut ilmu)
iya, di buku itu ada kisah guru-guru memberikan cara-cara belajar, buku itu ditulis abad 8 atau 9 waktu jaman pena bulu dan tinta dicelupin buat nulis,
ada anjuran untuk membawa alat tulis dan menuliskan apa saja yang menginspirasi sebelum hilang begitu saja sebab dilewatkan, bila ditulis akan menambah pengetahuan.
bila membawa alat tulis dan menuliskan setiap apa yang menginspirasi maka itu menghargai momen dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
ada kata mutiara banyak,
yang saya ingat diantaranya:
bila kau melewatkan sesuatu yang kau anggap tak berarti maka kau sudah melewatkan hal yang besar.
itu membuat siapa pun menghargai hal-hal kecil dan mendapatkan sesuatu yang bermakna dari hal-hal kecil itu.
perasaan manusia itu banyak, cinta, benci, dan lainnya.
kadang ada orang jatuh cinta dan merasa bahwa rasa itu didatangkan oleh Tuhan untuknya agar mencintai orang yang sedang disukainya itu, misalkan saja berlanjut ke jenjang pernikahan, lalu tahun-tahun awal masih baik dan tiba-tiba berubah keadan menjadi sering terjadi KDRT, lalu merenungkan kembali rasarasa yang ada dahulu saat berpacaran, apakah rasa itu dari Tuhan? kenapa jadinya menipu perasaan, Tuhan menjodohkanku dengan orang yang kejam, Tuhan yang menipu. Lalu marah sama Tuhan.
Padahal, rasa itu dari Tuhan dan manusia disuruh memenej sendiri rasa-rasa itu. lalu, bagaimana bila ada pasangan selingkuh sebab mencintai orang lain, apakah rasa cinta itu didatangkan dari Tuhan juga agar salah satu dari pasangan itu berselingkuh dan akan bilang bahwa selingkuhnya diberkati Tuhan atau diizinkan Tuhan?
hehehe
ya, itulah namanya rasa-rasa yang sebetulnya manusia itu sendiri yang harus memenejnya.
saya kira bukan maksudnya mau bilang agama itu tidak perlu,
hehe,
sepertinya penulis ini sedang menyindir manusia beragama tapi tak mencerminkan perilaku manusia beragama yang seharusnya beriman kepadaNya.
puisi yang bagus
ya betul memang semua merasakan terkadang siapa pun pernah begitu tapi tak harus selalu,
katakan apa yang ingin dikatakan dan kenapa harus takut?
tapi saya sendiri juga heran kenapa mengalami hal seperti itu,
jadinya cinta dalam hati. hehehehe
enak dibaca,
menunggang angin yang berhembus perlahan
itu kalimat yang puitis
maknanya dalam sekali,
bisa juga dimaknai angin perubahan,
ya, jaman akan selalu berubah jadi bisa merenung tentang banyak hal.
jaman 2000an, 90an, 80an, 70an, dst.
ada orang-orang yang berpikir bahwa angin bisa dimaknai angin perubahan,
hehehehe,
seperti saya ini,
tapi, tentunya maksud sebenarnya penulis sendiri yang tahu,
bisa jadi mengungkapkan kesendirian atau loneliness, eh, lonely, eh apa ya? ya itu kali lah ya
like this :)
puisinya singkat, bebas, namun penuh makna.
memang terkadang, rasanya tujuan cinta dan memori diciptakan adalah untuk menyiksa luka dan rasa
yang patut dipertanyakan bukanlah agama
tetapi umat manusia yang tidak mengamalkannya sebagaimana mestinya
Melayang seakan terbang